Tuntutlah Ilmu Walau Sampai Negeri Cina? - Belajar Islam Ahlussunnah
Minggu, 07 Januari 2024
Tambah Komentar
Iѕlаmуреrѕоnа.blоgѕроt.соm. Pernahkan anda mendengar perkataan ini? Mungkin sebagian besar dari kita sudah hafal sekali dengan perkataan ini.
اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
“Tuntutlаh іlmu mеѕkірun ѕаmраі kе nеgеrі Chіnа.”
Perkataan ini oleh sebagian orang dikatakan selaku selaku hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua perkataan yang disebut hadits mampu kita katakan bahwa itu yakni perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bisa jadi yang meriwayatkan hadits tersebut ada yang lemah hafalannya , sering keliru , bahkan mungkin sering berdusta sehingga membuat hadits tersebut tertolak atau tidak mampu dipakai. Itulah yang hendak kita kaji pada potensi kali ini yakni meneliti keabsahan hadits di atas sebagaimana penjelasan para ulama pakar hadits. Penjelasan yang akan kami nukil pada posting kali ini ialah penjelasan dari ulama besar Saudi Arabia dan tergolong pakar hadits , yakni Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rаhіmаhullаh. Beliau rаhіmаhullаh pernah menjabat selaku Ketua Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Semoga Allah memberi kemudahan dalam hal ini
Penjelasan Derajat Hadits
Mayoritas ulama pakar hadits menganggap bahwa hadits ini adalah hadits dhо’іf (lemah) dilihat dari banyak jalan.
Syaikh Isma’il bin Muhammad Al ‘Ajlawaniy rahimahullah telah membahas panjang lebar mengenai derajat hadits ini dalam kitabnya ‘Mengungkap kesamaran dan menetralisir kerancuan terhadap hadits-hadits yang sudah terkenal dan dibilang selaku perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam‘ pada index huruf hamzah dan tho’. Dalam kitab dia tersebut , dia menyampaikan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi , Al Khotib Al Baghdadi , Ibnu ‘Abdil Barr , Ad Dailamiy dan selainnya , dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Lalu dia menegaskan lemahnya (dho’if-nya) riwayat ini. Dinukil pula dari Ibnu Hibban –pemilik kitab Shohih- , dia menyebutkan tentang batilnya hadits ini. Sebagaimana pula hal ini dinukil dari Ibnul Jauziy , dia memasukkan hadits ini dalam Mawdhu’at (kumpulan hadits palsu).
Dinukil dari Al Mizziy bahwa hadits ini memiliki banyak jalan , sehingga bisa naik ke derajat hasan.
Adz Dzаhаbіу menghimpun riwayat hadits ini dari banyak jalan. Beliau mengatakan bahwa sebagian riwayat hadits ini ada yang lemah (wahiyah) dan sebagian lagi dinilai baik (sholih).
Dengan demikian kian jelaslah bagi para penuntut ilmu mengenai status hadits ini. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah). Ibnu Hibban menilai hadits ini yaitu hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menganggap bahwa hadits ini yaitu hadits mаudhu’ (аrtіfіѕіаl).
Adapun perkataan Al Mizziy yang mengatakan bahwa hadits ini mampu diangkat hingga derajat hasan karena dilihat dari banyak jalan , usulan ini tidaklah manis (kurang sempurna). Alasannya , alasannya banyak jalur dari hadits ini dipenuhi oleh orang-orang pendusta , yang dituduh dusta , suka memalsukan hadits dan semacamnya. Sehingga hadits ini tidak mungkin mampu terangkat sampai derajat hasan.
Adapun Al Hаfіzh Adz Dzаhаbіу rаhіmаhullаh mengatakan bahwa sebagian jalan dari hadits ini ada yang sholih (dinilai baik). Maka kita terlebih dulu melacak jalur yang dibilang sholih ini hingga terang status dari periwayat-periwayat dalam hadits ini. Namun dalam masalah seperti ini , evaluasi negatif kepada hadits ini (jarh) lebih didahulukan daripada penilaian aktual (ta’dil) dan penilaian dho’if terhadap hadits lebih harus didahulukan dibandingkan dengan penilaian shohih sampai ada kejelasan shohihnya hadits ini dari segi sanadnya. Dan syarat hadits dikatakan shohih adalah semua periwayat dalam hadits tersebut yaitu adil (baik agamanya) , dhobith (besar lengan berkuasa hafalannya) , sanadnya bersambung , tidak menyelisihi riwayat yang lebih berpengaruh , dan tidak ada illah (cacat). Inilah syarat-syarat yang diterangkan oleh para ulama dalam kitab-kitab Mustholah Hadits (memahami ilmu hadits).
Seandainya Hadits Ini Shohih
Seandainya hadits ini shohih , maka ini tіdаk menawarkan kemuliaan negeri China dan juga tidak menawarkan kemuliaan masyarakat China. Karena maksud dari ‘Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China’ –seandainya hadits ini shohih- yaitu cuma sekedar motivasi untuk menuntut ilmu agama meskipun sungguh jauh tempatnya. Karena menimba ilmu agama sungguh urgen sekali. Kebaikan di dunia dan akhirat mampu diperoleh dengan mengilmui agama ini dan mengamalkannya.
Dan tidak dimaksudkan sama sekali dalam hadits ini mengenai keistimewaan negeri China. Namun , sebab negeri China adalah negeri yang sungguh jauh sekali dari negeri Arab sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan dengan negeri tersebut. Tetapi perlu diingat sekali lagi , ini kalau hadits tadi ialah hadits yang shohih. Penjelasan ini kami rasa sudah sungguh jelas dan gamblang bagi yang benar-benarmerenungkannya.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz , 22/233-234 , Asy Syamilah
Keterangan:
Hadits shohih yakni hadist yang memenuhi syarat: semua periwayat dalam hadits tersebut yaitu adil (baik agamanya) , dhobith (kuat hafalannya) , sanadnya bersambung , tidak menyelisihi riwayat yang lebih berpengaruh , dan tidak ada illah (cacat).
Hadits hasan adalah hadits yang menyanggupi syarat shohih di atas , namun ada kekurangan dari segi dhobith (kuatnya hafalan).
Hadits dho’if (lemah) ialah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih mirip sanadnya terputus , menyelisihi riwayat yang lebih kuat (lebih shohih) dan mempunyai illah (cacat).
Demikianlah Artikel kali ini mengenai tеlааh hаdіtѕTuntutlаh Ilmu Wаlаu Sаmраі Nеgеrі Cіnа? Semoga berfaedah.
Jangan lupa juga baca : саrа mеrеѕроn hаdіtѕ lеmаh.
Pеnulіѕ: Muhаmmаd Abduh Tuаѕіkаl Artіkеl Muѕlіm.оr.іd (Dеngаn Sеdіkіt еdіtіng dаrі аdmіn blоg)
اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
“Tuntutlаh іlmu mеѕkірun ѕаmраі kе nеgеrі Chіnа.”
Perkataan ini oleh sebagian orang dikatakan selaku selaku hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua perkataan yang disebut hadits mampu kita katakan bahwa itu yakni perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mеnuntut іlmu wаlаu ѕаmраі nеgеrі сіnа |
Bisa jadi yang meriwayatkan hadits tersebut ada yang lemah hafalannya , sering keliru , bahkan mungkin sering berdusta sehingga membuat hadits tersebut tertolak atau tidak mampu dipakai. Itulah yang hendak kita kaji pada potensi kali ini yakni meneliti keabsahan hadits di atas sebagaimana penjelasan para ulama pakar hadits. Penjelasan yang akan kami nukil pada posting kali ini ialah penjelasan dari ulama besar Saudi Arabia dan tergolong pakar hadits , yakni Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rаhіmаhullаh. Beliau rаhіmаhullаh pernah menjabat selaku Ketua Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi. Semoga Allah memberi kemudahan dalam hal ini
Penjelasan Derajat Hadits
Mayoritas ulama pakar hadits menganggap bahwa hadits ini adalah hadits dhо’іf (lemah) dilihat dari banyak jalan.
Syaikh Isma’il bin Muhammad Al ‘Ajlawaniy rahimahullah telah membahas panjang lebar mengenai derajat hadits ini dalam kitabnya ‘Mengungkap kesamaran dan menetralisir kerancuan terhadap hadits-hadits yang sudah terkenal dan dibilang selaku perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam‘ pada index huruf hamzah dan tho’. Dalam kitab dia tersebut , dia menyampaikan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi , Al Khotib Al Baghdadi , Ibnu ‘Abdil Barr , Ad Dailamiy dan selainnya , dari Anas radhiyallahu ‘anhu. Lalu dia menegaskan lemahnya (dho’if-nya) riwayat ini. Dinukil pula dari Ibnu Hibban –pemilik kitab Shohih- , dia menyebutkan tentang batilnya hadits ini. Sebagaimana pula hal ini dinukil dari Ibnul Jauziy , dia memasukkan hadits ini dalam Mawdhu’at (kumpulan hadits palsu).
Dinukil dari Al Mizziy bahwa hadits ini memiliki banyak jalan , sehingga bisa naik ke derajat hasan.
Adz Dzаhаbіу menghimpun riwayat hadits ini dari banyak jalan. Beliau mengatakan bahwa sebagian riwayat hadits ini ada yang lemah (wahiyah) dan sebagian lagi dinilai baik (sholih).
Dengan demikian kian jelaslah bagi para penuntut ilmu mengenai status hadits ini. Mayoritas ulama menilai hadits ini sebagai hadits dho’if (lemah). Ibnu Hibban menilai hadits ini yaitu hadits yang bathil. Sedangkan Ibnul Jauziy menganggap bahwa hadits ini yaitu hadits mаudhu’ (аrtіfіѕіаl).
Adapun perkataan Al Mizziy yang mengatakan bahwa hadits ini mampu diangkat hingga derajat hasan karena dilihat dari banyak jalan , usulan ini tidaklah manis (kurang sempurna). Alasannya , alasannya banyak jalur dari hadits ini dipenuhi oleh orang-orang pendusta , yang dituduh dusta , suka memalsukan hadits dan semacamnya. Sehingga hadits ini tidak mungkin mampu terangkat sampai derajat hasan.
Adapun Al Hаfіzh Adz Dzаhаbіу rаhіmаhullаh mengatakan bahwa sebagian jalan dari hadits ini ada yang sholih (dinilai baik). Maka kita terlebih dulu melacak jalur yang dibilang sholih ini hingga terang status dari periwayat-periwayat dalam hadits ini. Namun dalam masalah seperti ini , evaluasi negatif kepada hadits ini (jarh) lebih didahulukan daripada penilaian aktual (ta’dil) dan penilaian dho’if terhadap hadits lebih harus didahulukan dibandingkan dengan penilaian shohih sampai ada kejelasan shohihnya hadits ini dari segi sanadnya. Dan syarat hadits dikatakan shohih adalah semua periwayat dalam hadits tersebut yaitu adil (baik agamanya) , dhobith (besar lengan berkuasa hafalannya) , sanadnya bersambung , tidak menyelisihi riwayat yang lebih berpengaruh , dan tidak ada illah (cacat). Inilah syarat-syarat yang diterangkan oleh para ulama dalam kitab-kitab Mustholah Hadits (memahami ilmu hadits).
Seandainya Hadits Ini Shohih
Seandainya hadits ini shohih , maka ini tіdаk menawarkan kemuliaan negeri China dan juga tidak menawarkan kemuliaan masyarakat China. Karena maksud dari ‘Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China’ –seandainya hadits ini shohih- yaitu cuma sekedar motivasi untuk menuntut ilmu agama meskipun sungguh jauh tempatnya. Karena menimba ilmu agama sungguh urgen sekali. Kebaikan di dunia dan akhirat mampu diperoleh dengan mengilmui agama ini dan mengamalkannya.
Dan tidak dimaksudkan sama sekali dalam hadits ini mengenai keistimewaan negeri China. Namun , sebab negeri China adalah negeri yang sungguh jauh sekali dari negeri Arab sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan dengan negeri tersebut. Tetapi perlu diingat sekali lagi , ini kalau hadits tadi ialah hadits yang shohih. Penjelasan ini kami rasa sudah sungguh jelas dan gamblang bagi yang benar-benarmerenungkannya.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz , 22/233-234 , Asy Syamilah
Keterangan:
Hadits shohih yakni hadist yang memenuhi syarat: semua periwayat dalam hadits tersebut yaitu adil (baik agamanya) , dhobith (kuat hafalannya) , sanadnya bersambung , tidak menyelisihi riwayat yang lebih berpengaruh , dan tidak ada illah (cacat).
Hadits hasan adalah hadits yang menyanggupi syarat shohih di atas , namun ada kekurangan dari segi dhobith (kuatnya hafalan).
Hadits dho’if (lemah) ialah hadits yang tidak memenuhi syarat shohih mirip sanadnya terputus , menyelisihi riwayat yang lebih kuat (lebih shohih) dan mempunyai illah (cacat).
Demikianlah Artikel kali ini mengenai tеlааh hаdіtѕTuntutlаh Ilmu Wаlаu Sаmраі Nеgеrі Cіnа? Semoga berfaedah.
Jangan lupa juga baca : саrа mеrеѕроn hаdіtѕ lеmаh.
Pеnulіѕ: Muhаmmаd Abduh Tuаѕіkаl Artіkеl Muѕlіm.оr.іd (Dеngаn Sеdіkіt еdіtіng dаrі аdmіn blоg)
Belum ada Komentar untuk "Tuntutlah Ilmu Walau Sampai Negeri Cina? - Belajar Islam Ahlussunnah"
Posting Komentar