"Jangan" untuk anak-anak| Haramkah? - Belajar Islam Ahlussunnah
Sabtu, 14 Mei 2022
Tambah Komentar
BerIslam - Salah seorang pendidik pernah berkata ,"Pintu terbesar yang paling gampang dimasukoleh Yahudi adalah 2. Yaitu dunia psikologidan dunia pendidikan."
Karena itulah , berangkat dari hal ini.
Karena itulah , berangkat dari hal ini.
Kita akanmengupas beberapa "kekeliruan" pada buku-buku pendidikan , seminar , teori pendidikan ,dll. Yang kadang telah menjangkiti beberapa
para pendidik muslim , para ayah dan ibu ,
1. Melarang Berkata "Jangan" pada AnakBeberapa waktu lalu , ana sepakat dengan halini. Maka dengan tertulisnya artikel ini , sayabertaubat kepada Alloh subhanahu wa ta'aladari bahayanya iktikad di atas.
Mari kita lihat , beberapa perkataan-perkataan'dalam pendidikan' perihal laranganmengucapkan kata jangan pada anak ,Diantaranya Ayah Edy , dia menyampaikan padabuku 'Ayah Edy Menjawab hal. 30 , "..gunakan kata-kata preventif , seperti hati-hati , berhenti , membisu di tempat , atau stop. Itusebabnya kita sebaiknya tidak menggunakankata 'jangan' lantaran alam bawah sadarmanusia tidak merespons dengan segera kata'jangan'..."
Pada media online , detik.com , pernah menulisjudul postingan 'Begini Caranya Melarang AnakTanpa Gunakan Kata 'Tidak' atau 'Jangan' ,bertuliskan demikian ,
"...Tak usah gundah , untuk melarang anak takmelulu harus dengan kata jangan atautidak..."
Pada sebuah artikel lain , berjudul , "MendidikAnak Tanpa Menggunakan Kata JANGAN”
tertulis ,
"Kata 'jangan' akan menunjukkan nuansanegatif dan larangan dari kita selaku orangtua , maka dari itu coba untuk menggantidengan kata yang lebih positif dan berikanalasan yang dapat diterima anak..."
Nah , inilah syubhat (keraguan). Indahnampaknya , namun di dalamnya terkandungbahaya yang kronis.
Mari kita diskusikan syubhat yang merekagelontorkan.
Sebelumnya , jikalau kita mau teliti , mari kitatanyakan kepada mereka yang melarang kata'jangan' , apakah ini punya landasan dalam al-Qur'an dan hadits? Apakah semua ayat didalam al-Qur'an tidak memakai kata "Laa(jangan)"?
Mereka pun mengatakan jangan terlalu seringmengatakan jangan. Sungguh mereka lupabahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan". Allohuakbar , berbagai! Mau dikemanakankebenaran ini? Apa mau dibuang? Dandiadopsi dari teori insan yang (hakikatnya) dhoif (lemah) ?
Kalau mereka mengatakan kata jangan bukantindakan preventif (pencegahan) , maka kitatanya , apakah Anda mengenal Luqman AL-Hakim?Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah inidibuka dengan penekanan Allah bahwaLuqman itu orang yang diberi pesan tersirat , orangarif yang secara tersirat kita diperintahkanuntuk meneladaninya (“ walaqod atainaluqmanal nasihat….” . dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqmanitu berkata kepada anaknya , “Wahai anakku ,JANGANLAH engkau menyekutukan Allah.Sesungguhnya syirik itu tergolong dosa yangbesar”.
Inilah bentuk tindakan preventif yangdivaliditas dalam al-Qur'an.Sampai pada ayat 19 , ada 4 kata “ laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqmankepada anaknya , yakni “laa tusyrik billah” , “falaa tuthi’humaa” , “Wa laa tusha’ir khaddakalinnaasi” , dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”.Luqman tidak perlu mengubah kata “janganmenyekutukan Allah” dengan (contohnya)“esakanlah Allah”.Pun demikian dengan “Laa” lainnya , tidakdiganti dengan kata-kata kebalikan yangbersifat anjuran.
Mengapa Luqmanul Hakim tidak menganti"jangan" dengan "diam/hati-hati"? Karena inibimbingan Alloh. Perkataan "jangan" itumudah dicerna oleh anak , sebagaimanapenuturan Luqman Hakim terhadap anaknya.
Dan perkataan jangan juga faktual , tidaknegatif. Ini semua bimbingan dari Allohsubhanahu wa ta'ala , bukan teori pendidikanYahudi atau insan.
Adakah pribadi psikolog atau pakar parentingpencetus aneka teori ‘terbaru’ yang melebihikemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada.
Luqman bukan nabi , tetapi namanyadiabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karenaketinggian ilmunya. Dan tidak satupun adanama psikolog kita temukan dalam kitabullahitu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikananak cuma dimanja oleh pilihan yang serbabenar. Ia tidak menghantam sobat bukan karenamengerti bahwa menghantam itu terlarang dalamagama , namun lantaran lebih menentukan tidak menghantam lantaran argumentasi ini dan itu (selain Karena Allah).
Ia tidak angkuh bukan lantaran kesombonganitu dosa , melainkan hanya karenamenganggap rendah hati itu lebih amanbaginya.
Dan , kelak , ia tidak berzina bukan karenatakut adzab Allah , namun lantaran menganggapbahwa tidak berzina itu pilihan yangdianjurkan orang tuanya. Nas alullohasalaman wal afiyah.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan”berisiko tidak memiliki “sense of syariah” danketerikatan aturan. Mereka akan sungguh tidakpeduli menyaksikan kemaksiatan bertebaran , tidakperhatian lagi dengan amar ma'ruf nahimungkar , tidak ada lagi minat untukmendakwahi insan yang dalam kondisibersalah , lantaran dalam hatinya berkata “itupilihan mereka , saya tidak demikian”.
Merekabungkam menyaksikan penistaan agama karenaotaknya berbunyi “mereka memang begitu ,yang penting saya tidak melakukannya”.Itulah sebenar-benar paham liberal , yang‘humanis’ , toleran , dan menghargai pilihan-pilihan (kendatipun pilihan tersebut meniadakan Allah).
Kaprikornus , yakini dan praktikkanlah teori parenting tersebut biar anak-anak kita tumbuh menjadigenerasi liberal. Simpan saja AL-Qur’an dilemari paling dalam dan tunggulah suatu saatakan datang suatu pemandangan yang samaseperti kutipan kalimat di awal goresan pena ini.
Astagfirulloh!
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberi
taufik terhadap kita semua.
Rujukan: Al-Qur'an , Akh Budi , Akh Yazid(*dengan sedikit editan beberapa kata dari saya (penulis blog) pribadi).
--Bontote'ne , 28 Rajab 1435 H
Itulah informasi Islam yang bisa kami bagikan, semoga dapat bermanfaat dan bisa dibagikan kepada teman atau saudara kalian. Sumber http://islamypersona.blogspot.com/
para pendidik muslim , para ayah dan ibu ,
1. Melarang Berkata "Jangan" pada AnakBeberapa waktu lalu , ana sepakat dengan halini. Maka dengan tertulisnya artikel ini , sayabertaubat kepada Alloh subhanahu wa ta'aladari bahayanya iktikad di atas.
Mari kita lihat , beberapa perkataan-perkataan'dalam pendidikan' perihal laranganmengucapkan kata jangan pada anak ,Diantaranya Ayah Edy , dia menyampaikan padabuku 'Ayah Edy Menjawab hal. 30 , "..gunakan kata-kata preventif , seperti hati-hati , berhenti , membisu di tempat , atau stop. Itusebabnya kita sebaiknya tidak menggunakankata 'jangan' lantaran alam bawah sadarmanusia tidak merespons dengan segera kata'jangan'..."
Pada media online , detik.com , pernah menulisjudul postingan 'Begini Caranya Melarang AnakTanpa Gunakan Kata 'Tidak' atau 'Jangan' ,bertuliskan demikian ,
"...Tak usah gundah , untuk melarang anak takmelulu harus dengan kata jangan atautidak..."
Pada sebuah artikel lain , berjudul , "MendidikAnak Tanpa Menggunakan Kata JANGAN”
tertulis ,
"Kata 'jangan' akan menunjukkan nuansanegatif dan larangan dari kita selaku orangtua , maka dari itu coba untuk menggantidengan kata yang lebih positif dan berikanalasan yang dapat diterima anak..."
Nah , inilah syubhat (keraguan). Indahnampaknya , namun di dalamnya terkandungbahaya yang kronis.
Mari kita diskusikan syubhat yang merekagelontorkan.
Sebelumnya , jikalau kita mau teliti , mari kitatanyakan kepada mereka yang melarang kata'jangan' , apakah ini punya landasan dalam al-Qur'an dan hadits? Apakah semua ayat didalam al-Qur'an tidak memakai kata "Laa(jangan)"?
Mereka pun mengatakan jangan terlalu seringmengatakan jangan. Sungguh mereka lupabahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan". Allohuakbar , berbagai! Mau dikemanakankebenaran ini? Apa mau dibuang? Dandiadopsi dari teori insan yang (hakikatnya) dhoif (lemah) ?
Kalau mereka mengatakan kata jangan bukantindakan preventif (pencegahan) , maka kitatanya , apakah Anda mengenal Luqman AL-Hakim?Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah inidibuka dengan penekanan Allah bahwaLuqman itu orang yang diberi pesan tersirat , orangarif yang secara tersirat kita diperintahkanuntuk meneladaninya (“ walaqod atainaluqmanal nasihat….” . dst)
Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqmanitu berkata kepada anaknya , “Wahai anakku ,JANGANLAH engkau menyekutukan Allah.Sesungguhnya syirik itu tergolong dosa yangbesar”.
Inilah bentuk tindakan preventif yangdivaliditas dalam al-Qur'an.Sampai pada ayat 19 , ada 4 kata “ laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqmankepada anaknya , yakni “laa tusyrik billah” , “falaa tuthi’humaa” , “Wa laa tusha’ir khaddakalinnaasi” , dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”.Luqman tidak perlu mengubah kata “janganmenyekutukan Allah” dengan (contohnya)“esakanlah Allah”.Pun demikian dengan “Laa” lainnya , tidakdiganti dengan kata-kata kebalikan yangbersifat anjuran.
Mengapa Luqmanul Hakim tidak menganti"jangan" dengan "diam/hati-hati"? Karena inibimbingan Alloh. Perkataan "jangan" itumudah dicerna oleh anak , sebagaimanapenuturan Luqman Hakim terhadap anaknya.
Dan perkataan jangan juga faktual , tidaknegatif. Ini semua bimbingan dari Allohsubhanahu wa ta'ala , bukan teori pendidikanYahudi atau insan.
Adakah pribadi psikolog atau pakar parentingpencetus aneka teori ‘terbaru’ yang melebihikemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada.
Luqman bukan nabi , tetapi namanyadiabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karenaketinggian ilmunya. Dan tidak satupun adanama psikolog kita temukan dalam kitabullahitu.
Membuang kata “jangan” justru menjadikananak cuma dimanja oleh pilihan yang serbabenar. Ia tidak menghantam sobat bukan karenamengerti bahwa menghantam itu terlarang dalamagama , namun lantaran lebih menentukan tidak menghantam lantaran argumentasi ini dan itu (selain Karena Allah).
Ia tidak angkuh bukan lantaran kesombonganitu dosa , melainkan hanya karenamenganggap rendah hati itu lebih amanbaginya.
Dan , kelak , ia tidak berzina bukan karenatakut adzab Allah , namun lantaran menganggapbahwa tidak berzina itu pilihan yangdianjurkan orang tuanya. Nas alullohasalaman wal afiyah.
Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan”berisiko tidak memiliki “sense of syariah” danketerikatan aturan. Mereka akan sungguh tidakpeduli menyaksikan kemaksiatan bertebaran , tidakperhatian lagi dengan amar ma'ruf nahimungkar , tidak ada lagi minat untukmendakwahi insan yang dalam kondisibersalah , lantaran dalam hatinya berkata “itupilihan mereka , saya tidak demikian”.
Merekabungkam menyaksikan penistaan agama karenaotaknya berbunyi “mereka memang begitu ,yang penting saya tidak melakukannya”.Itulah sebenar-benar paham liberal , yang‘humanis’ , toleran , dan menghargai pilihan-pilihan (kendatipun pilihan tersebut meniadakan Allah).
Kaprikornus , yakini dan praktikkanlah teori parenting tersebut biar anak-anak kita tumbuh menjadigenerasi liberal. Simpan saja AL-Qur’an dilemari paling dalam dan tunggulah suatu saatakan datang suatu pemandangan yang samaseperti kutipan kalimat di awal goresan pena ini.
Astagfirulloh!
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberi
taufik terhadap kita semua.
Rujukan: Al-Qur'an , Akh Budi , Akh Yazid(*dengan sedikit editan beberapa kata dari saya (penulis blog) pribadi).
--Bontote'ne , 28 Rajab 1435 H
Itulah informasi Islam yang bisa kami bagikan, semoga dapat bermanfaat dan bisa dibagikan kepada teman atau saudara kalian. Sumber http://islamypersona.blogspot.com/
Belum ada Komentar untuk ""Jangan" untuk anak-anak| Haramkah? - Belajar Islam Ahlussunnah"
Posting Komentar